Apa Itu Pemahaman Materialisme?
Akal merupakan kelebihan yang dimiliki manusia
dibanding dengan makhluk yang lain. Dari akal pula muncul berbagai ilmu
pengetahuan meskipun pemikiran yang dilakukan akal bersumber pula dari
ilmu-ilmu yang telah ada. Dengan kemampuan rasio manusia dapat menjangkau jauh
sesuatu dan menemukan sebuah kebenaran filsafat. Dengan tingkat pemahaman
manusia yang beragam menyebabkan perbedaan pendapat tentang kebenaran yang
dianut. Hal ini menimbulkan berbagai aliran dalam dunia fisafat yang salah
satunya adalah filsafat materialisme.
Pada sekitar abad 18 paham materialism ini
tumbuh subur di Barat karena sudah banyak para filosof yang menganut paham
tersebut. Meskipun demikian teori ini banyak ditentang oleh para tokoh agama
karena paham ini dianggap tidak mengakui adanya Tuhan dan dianggap tidak dapat
menggambarkan kenyataan.
Pengertian dan Sejarah Munculnya Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan
isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan, benda atau segala sesuatu yang
tampak , sedangkan isme adalah kepercayaan berdasarkan politik, sosial atau
ekonomi . Jadi materialisme dapat dipahami sebagai sebuah paham yang menyataka
segala sesuatu yang terjadi didunia disebabkan oleh (atau bersumber dari)
benda atau pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk
kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata, dengan mengesampingkan segala
sesuatu yang mengatasi alam indra . Sementara itu, orang-orang yang hidupnya
berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis
Hal senada juga dinyatakan oleh beberapa tokoh
tentang makna materialisme. Seperti Keith Campbell yang menulis dalam bukunya ,
“Materialisme, in tis philosophical sense, is the view that all that exist is
matter pr is wholly dependent upon matter for its existence” . Dalam pernyataan
Campbell tersebut dijelaskan bahwa materialisme menyatakan bahwa dunia ini
tiada lain terdiri dan tergantung kepada benda materi. Atau seperti Dagobert D.
Runes juga menulis, “... that everything is strictly caused by material”,
caused by material” , yang mana dimaksudkan bahwa bagi materialisme
seluruh kejadian dapat dijabarkan kepada materi dan proses material.
Kesimpulannya bahwa materialisme yang juga lazim
disebut aliran serba zat yang merupakan bagian dari filsafat metafisika dan
terutama ontologi. Materialisme mengarah kepada anggapan bahwa kenyataan yang
sesungguhnya adalah benda atau materi, dan kenyataan ini diacukan untuk
menjawab sejumlah soal yang berhubungan denga sifat dan wujud dari keberadaan.
Karena persoalan roh dan jiwa dalam aliran ini dianggap bukan sebagai subtansi
yang berdiri sendiri, tetapi dirumuskan sebagai akibat dari proses materi.
Aspek rohani manusia dioandang sebagai produk sampingan dari jasmani.
Sejarah munculnya paham materialisme terjadi
pada abad ke-17 dan ke-18, tapi sebenarnya berakar dari zaman pertengahan yaitu
ketika penemuan-penemuan baru dalam ilmu alam khususnya fisika dan astronomi.
Namun pada zaman itu dominasi gereja sangat kuat sehingga selama kurun waktu
yang panjang pemikiran mengenai materialisme ditolak dan dikubur.
Terbukti dengan adanya tindakan Gereja menutup sekolah-sekolah filsafat,
seperti di Athena zaman Kaisar Flavius Anicius Justianus (483-565). Di samping
itu memang dari kalangan Gereja muncul tokoh-tokoh kuat pambela filsafat
Kristen (Patriarki), seperti Tertualianus (160-222) dan Agustinus (354-430).
Baru pada abad ke-17 dan terutama pada abad ke-18 sesudah zaman
Renaisance,yakni ketika pengaruh ilmu alam berkembang pesat, tendensi
materialisme muncul kembali.
Berikut
adalah beberapa tokoh-tokoh penganut paham materialisme beserta pendapat mereka
dalam mengusung paham materialisme, adalah sebagai berikut :
- Anaximenes ( 585 -528), berpendapat bahwa unsur asal adalah udara
- Heraklitos (540-475 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah api
- Anaximandros ( 610 -545 SM), berpendapat bahwa unsur asal adalah apeiron, yaitu unsur yang tak terbatas
- Thales ( 625 -545 SM), berpendapat bahwa unsur asal adalah air
- Demokritos (kl.460 -545 SM), berpendapat bahwa hakikat alam adalah atom-atom yang amat banyak dan halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian alam semesta
- Thomas Hobbes ( 1588 -1679), berpendapat bahwa manusia adalah sumber segalanya
- Lamettrie (1709 -1715), berpendapat bahwa jiwa tidak dapat dilepaskan dari ikatan-ikatan materi dan manusia sebagai mesin dapat diteliti seluk-beluknya seperti benda fisik lain dalam ilmu alam.
- Feuerbach (1804 -1877), berpendapat bahwa gejolak pokok realitas adalah alam atau materi dan di tempat ini ajarannya dipusatkan pada manusia karena manusia adalah makhluk alam
- Karl Marx (1818 -1883), berpendapat bahwa manusia dan alam adalah sumber dari segala materi.
Aliran-Aliran dan Dasar-Dasar Paham Materialisme
Dalam sejarahnya paham materialisme terbagi
dalam beberapa aliran pemahaman. Aliran-aliran dalam materialisme ini maksudnya
adalah bahwa kaum materialisme tidak seluruhnya dari dulu sampai sekarang dalam
satu konsep pendapat yang tetap. Adapun aliran-aliran dalam materialisme adalah
:
1. Materialisme Mekanik
Materialisme mekanik adalah aliran filsafat yang
pandangannya materialis sedangkan metodenya mekanis.Aliran ini mengajarkan
bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan berubah, geraknya itu adalah
gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap selamanya atau gerak yang
berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang tanpa perkembangan atau
peningkatan secara kualitatif.
Materialisme mekanik tersistematis ketika ilmu
tentang meknika mulai berkembang dengan pesat, tokoh-tokoh yang terkenal
sebagai pengusung materialisme pada waktu itu ialah Demokritus (± 460-370 SM),
Heraklitus (± 500 SM) kedua pemikir Yunanai ini berpendapat bahwa aktivitas
psikik hanya merupakan gerakan atom-atom yang sangat lembut dan mudah bergerak.
Mulai abad ke-4 sebelum masehi pandangan materialisme primitif ini mulai
menurun pengaruhnya digantikan dengan pandangan idealisme yang diusung oleh
Plato dan Aristoteles.
Sejak itu, ± 1700 tahun lamanya dunia filsafat
dikuasai oleh filsafat idealisme. Baru pada akhir jaman feodal, sekitar abad
ke-17 ketika kaum borjuis sebagai klas baru dengan cara produksinya yang baru,
materialisme mekanik muncul dalam bentuk yang lebih modern karena ilmu
pengetahuan telah maju sedemikian pesatnya. Pada waktu itu ilmu materialisme
ini menjadi senjata moril/idiologis bagi perjuangan klas borjuis melawan klas
feodal yang masih berkuasa ketika itu.Perkembangan materialisme ini meluas
dengan adanya revolusi industri, di negeri-negeri Eropa.Wakil-wakil dari filsafat
materialis pada abad ke-17 adalah Thomas Hobbes(1588-1679 M), Benedictus
Spinoza (1632-1677 M) dan sebagainya.Aliran filsafat materialisme mekanik
mencapai titik puncaknya ketika terjadi Revolusi Perancis pada abad ke-18 yang
diwakili oleh Paul de Holbach (1723-1789 M), Lamettrie (1709-1751 M) yang
disebut juga materialisme Perancis.
2. Materialisme metafisik
Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi
itu selalu dalam keadaan diam, tetap atau statis selamanya seandainya materi
itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena faktor luar atau kekuatan
dari luar.Gerak materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar.selanjutnya
materi itu dalam keadaan terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lainnya.
Materialisme metafisik diwakili oleh Ludwig
Feurbach, pandangan materialisme ini mengakui bahwa adanya “ide absolut”
pra-dunia dari Hegel , adanya terlebih dahulu “kategori-kategori logis” sebelum
dunia ada, adalah tidak lain sisa-sisa khayalan dari kepercayaan tentang adanya
pencipta diluar dunia; bahwa dunia materiil yang dapat dirasakan oleh panca
indera kita adalah satu-satunya realitet.
3. Materialisme dialektis
Materialisme dialektis adalah aliran filsafat
yang bersandar pada matter (benda) dan metodenya dialektis.Aliran ini
mengajarkan bahwa materi itu mempunyai keterhubungan satu dengan lainnya,
saling mempengaruhi dan saling bergantung satu dengan lainnya.Gerak materi itu
adalah gerakan yang dialektis yaitu pergerakan atau perubahan menuju bentuk
yang lebih tinggi atau lebih maju seperti spiral.Tokoh-tokoh pencetus filsafat
ini adalah Karl Marx (1818-1883 M), Friedrich Engels (1820-1895 M).
4. Materialisme historis
Materialisme histori adalah penerapan pandangan
materalis dan metode dialektis dari filsafat materialisme dialektik pada gejala
sosial atau didalam masyarakat.Materialisme histori adalah materialisme
dialektiknya sejarah, atau materialisme dialektik yang berlaku didalam keadaan
sosial atau didalam masyarakat.Dalam materialisme historis manusia hanya dapat
dipahami jika dia ditempatkan dalam konteks sejarah.Manusia pada hakekatnya
adalah insan yang bersejarah.Setiap peristiwa – peristiwa bersejarah selalu
berkaitan dengan manusia. Jadi manusia sebagai pemangku sejarah tidaklain
adalah keseluruhan relasi–relasi masyarakat.
Salah satu tokoh yang mendukung aliran ini
adalah Karl Marx.Dimana pandangan Karl Marx terhadap materialism historis yang
merupakan dasar klaim Karl Marx bahwa sosialismenya adalah ilmiah. Marx merasa
telah menghilangkan kebebasan kehendak manusia sebagai faktor-faktor penentu
sejarah, karena ia menghilangkan kebebasan kehendak manusia sebagai factor
perubahan masyarakat yang relevan.
Materialisme Historis Marx mengajarkan tentang:
keadaan sosial menentukan kesadaran sosial, hukum umum perkembangan masyarakat,
basis dan bangunan atas.Di sekitar abad ke delapan belas dan awal abad ke
Sembilan belas, Marx menempatkan dirinya dalam romantisme di Eropa.Romantisme
adalah gerakan yang mencitakan penolakan terhadap liberalism yang berlangsung
di Eropa. Teori-teori ini dipopulerkan oleh tokoh semacam Jan Jaques Rosseau.
Adapun yang menjadi dasar-dasar dalam pemikiran paham ini adalah
sebagai berikut :
- Bersifat empiris, yakni memahami sesuatu atas dasar akal dan indera saja
- Bersifat naturalisme, yakni semua adalah alamiah
- Alam merupakan semesta yang bersifat abadi dan sebagai keseluruhan tidak terarah secara lurus kepada satu tujuan tertentu
- Jiwa merupakan gejala dari materi
- Semua peruahan yang terjadi bersifat kepastian semata
- Subtansi-subtansi materi merupakan penyusun utama sebuah materi, dalam hal ini adalah atom.
Kritik Terhadap Paham Materialisme
Pada abad pertama masehi faham Materialisme
tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang
menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung
(pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di
Eropah Barat.
Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme
tumbuh subur di Barat. Faktir yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa
dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil
ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak
memerlukan dalildalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas
berpegang pada Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari
kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada
abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi
masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang
menentang Materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
- Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya
- Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
- Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan
- Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.
a.
Definisi Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat
dipahami sebagai bahan, benda, segala sesuatu yang tampak. Materialisme
adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di
dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi
kepada materi disebut sebagai materialis.Orang-orang ini adalah para pengusung
paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta, uang, dan sebagainya). Misal, menurut proses waktu, lama sebelum
manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada.
Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak
mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca
indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari
padanya. Atau seperti kata Marx “Bukan fikiran yang menentukan pergaulan,
melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.” Maksudnya sifat/fikiran
seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya,
“masyarakat sekelilingnya” –ini menjadi materi atau sebab yang mendorong
terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
b.
Sejarah
Perkembangan filsafat Materialisme
Filosuf yang
pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia
merupakn salah satu filosuf terkemuka pada masa filsafat
kuno. Selain Epikuros, filosuf lain
yang juga turut mengembangankan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan
Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang Materialisme, dapat kita samakan
dengan materialisme yang berkembang di prancis pada
masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal
mewakili paham itu adalah L’homme machine
(manusia mesin) dan L’homme plante (manusia tumbuhan). Dalam waktu
yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan
suatu materialisme atiesme.
Materialisme etiesme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui
adanya tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak.
Benih-benih
materialisme sudah muncul sejak zaman Yunani
kuno. Sebelum muncul pertanyaan-pertanyaan
filsafat idealistik (yang menonjol sejak plato), filsafat
Yunani berangkat dari filsafat materialisme yang mengambil bentuk pada upaya
untuk menyelidik tentang alam sebagai materi. Bahkan mayoritas filosuf percaya
bahwa tidak mungkin ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan. Materi alam
dipelajari secara habis-habisan, sehingga menghasilkan tesis filsafat tentang
apa sebenarnya substansi menyusun alam kehidupan ini.
Pada abad pertama Masehi, paham
materialisme tidak mendapat tanggapan yang
serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap paham
ini. Baru pada zaman pencerahan (Aufkalrung), materialisme mendapat
tanggapan dari penganut yang penting di Eropa
Barat.
Materialisme
berpendirian bahwa pada hakikatnya sesuatu
itu adalah bahan belaka. Pandangan ini Berjaya pada abad ke-19. Materialisme
jelas tidak akan bisa hilang dan mati karena hidup ini
sangat nyata, dimana manusia terus saja mengembangkan diri dari ranah material.
Zaman kegelapan yang didominasi dengan agama yang menggelapkan kesadaraan jelas
tak dapat membendung perkembangan material, yaitu teknologi yang merupakan alat
bantu manusia untuk mengatasi kesulitan material dan membantu manusia memahami
alam. Misalnya, dengan teleskop dapat diketahui susunan jagat raya, dengan
transportasi dan komunikasi pertukaran pengetahuan semakin cepat. Idialisme
yang subjektif jelas tidak dapat dipertahankan.
Pada abad 19, muncul filsuf-filsuf
materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott,
Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan
materialisme. Materialisme dan Empirisme adalah perangsang munculnya IPTEK
karena berpikir pada kegiatan melakukan
eksperimen-eksperimen ilmiyah yang memicu perkembangan ilmu dan teknologi.
Filsafat
materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah hubungan material yang saling
mempengaruhi. Karenanya, memahami hubungan harus menggunakan landasan berfikir
yang materialis. Berfikir materialis berarti percaya pada hukum-hukum materi,
yaitu sebagai berikut:
·
Hukum I: “Materi itu ada, nyata, dan konkret”.
Materi itu ada dan nyata dalam hidup
kita. Kita bisa mengenali materi melalui indra kita. Jadi, bukan karena tak
tertangkap indra kita, lantas kita mengatakan bahwa sesuatu itu tidak ada.
·
Hukum II:”Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan saling
berhubungan (dialektis)”.
Jadi, dialektika adalah hukum
keberadaan materi itu sendiri. Materi-materi kecil menyatu dan menyusun satu
kesatuan yang kemudian disebut sebagai materi lainya yang secara kualitas lain.
Karenanya namanya juga lain.
·
Hukum III:”Materi mengalami kontradiksi”.
Karena materi terdiri dari
materi-materi yang lebih kecil antara satu materi dengan materi lainnya
mengalami kontradiksi, atau saling bertentangan. Jika tak ada kontras, tak akan
ada bentuk yang berbeda-beda. Jika tidak ada kontradiksi, tak ada kualitas yang
berbeda, kualitas baru, atau kualitas yang menunjukkan adanya perubahan susunan
materi yang baru.
·
Hukum IV:”Materi selalu berubah dan akan selalu berubah”.
Perubahan dimulai dengan kontradiksi
atau akibat pengaruh antara materi-materi yang
menyusunnya maupun karena intervensi dari
luar. Tak ada yang lebih abadi dari pada perubahan itu sendiri.