Thursday, November 1, 2018

Filsafat Pendidikan Episode 4


PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

 

 Ada 4 pemikiran Ki Hajar Dewantara : 
1.    Tetep, Antep, Mantep

      2.    Momong, Among, Ngemong

      3.    Ngandel, Kandel, Kendel, Bandel

      4.    Neng, Nang, Ning, Nung

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang pemikiran yang pertama yaitu : tetep, antep mantep.

-         ⇉ Tetep, dapat diartikan sebagai ketegguhan pikiiran (ada ketetapan pikiran). Keteguhan pikiran pasti memiliki mutu yang kuat sehingga yanng lebih dihasilkan pikiran yanng lebih berkualitas.


        Dalam pemikiran yang bekualitas, kita bisa menyoroti fenomena kekanak-kanakan. Ada 2 dalam fenomena kekanak-kanakan yakni : fenomena manja, dan fenomena rapuh mental.

a.    Fenomena manja, Ini bisa terjadi pada jaman millinnial  ( tahun 1990 ke atas)

Generasi millennial, atau mereka yang lahir pada tahun 1990 ke atas, dianggap memiliki banyak sisi buruk oleh generasi sebelumnya. Hingga kini, majalah TIME dengan tajuk "Me Me Me Generation" - Generasi aku aku aku- tulisan Joel Stein, dengan cover seorang gadis sedang berselfie masih kerap menjadi bahan perbincangan dan diskusi. Baik di media sosial, jurnal kampus, ataupun secara terbuka. Majalah itu sendiri terbit pada tahun 2013 lalu.

TIME menyebutkan bahwa generasi milenial tumbuh ke arah yang lebih buruk. Mereka narsis, penggila gadget, egois, dan manja. Berbagai 'fakta negatif' mengenai generasi millennial pun diungkapkan oleh majalah ini, antara lain, perkembangan yang mereka yang terhambat.

"Semakin banyak orang usia 18 sampai 19 tahun yang masih tinggal dengan orangtua," tulis TIME. Fakta negatif lainnya adalah  gangguan narsisistik hampir 3 kali lipat ditemukan pada orang-orang usia 20'an dibanding generasi yang kini berusia 65 tahun ke atas.

"Mahasiswa mendapat nilai tingkat narsis lebih tinggi pada tahun 2009 dibanding tahun 1982," menurut artikel tersebut. 

Pertama-tama, apa itu benar? Dengan hanya mengungkapkan fakta, majalah dianggap seakan-akan menilai tanpa mempertimbangkan apa alasan yang yang mendasari fakta-fakta itu.

Kedua, apakah itu selamanya buruk? Apakah perkembangan teknologi hanya membawa perubahan lebih buruk? Apakah sifat narsis, mencintai diri sendiri, atau sifat-sifat serupa membawa efek negatif?

Manja disini mengacu pada mereka yang masih tinggal bersama orangtua pada usia dimana mereka seharusnya sudah berkeluarga. Ini bukan tanpa alasan, menurut CNN.com, walau tingkat pengangguran pemuda AS menurun biaya hidup meningkat, sedangkan gaji karyawan rata-rata stagnan. Akibatnya, generasi millennial berjuang lebih keras dalam menghidupi diri sendiri, dan menjadikan menabung pilihan terakhir. Mau tidak mau, banyak dari mereka harus kembali tinggal dengan orangtua mereka.

Ada pula anggapan bahwa generasi millennial merupakan mereka yang tidak memahami arti dari kerja keras. Walau sesungguhnya, ini terjadi karena peran orangtua dan wali dari generasi sebelumnya, mengantarkan mereka memilih untuk kerja 'cerdas' dibanding kerja 'keras'.

Todd Cherches dari The Hired Guns mengungkapkan bahwa secara rata-rata, anak-anak milenial memiliki toleransi lebih rendah terhadap birokrasi dan proses yang lama. Mereka menolak melakukan pekerjaan monoton. Mereka fokus pada apa yang harus diselesaikan dengan mencari cara sendiri. Dengan teknologi yang lebih maju, sering kali mereka memiliki siasat sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan. Artinya, mereka bukan berarti tidak mau bekerja, namun cara kerja mereka berbeda.

b.    Fenomena rapuh mental

Fenomena yang sering dialami oleh masyarakat saat ini salah satunya adalah Personality disorders. Personality disorders,  ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial. Gangguan-gangguan karena kecemasan  Seseorang mengalami gangguan kecemasan bila setiap saat dalam kehidupannya sehari-hari ia selalu merasakan tegangan psikologis yang cukup tinggi, walaupun persoalan yang dihadapi cukup ringan. Orang yang selalu cemas, kadang-kadang akan terserang rasa panik, yaitu suatu periode ketakutan yang luar biasa seakan-akan malapetaka besar akan terjadi. Keadaan ini akan diikuti oleh gejala-gejala gangguan fisik seperti jantung berdegub kencang, nafas tersenggal-senggal, keringat dingin, gemetar yang hebat, bahkan kadang-kadang sampai pingsan. Individu yang mengalami gangguan kecemasan tidak tahu faktor-faktor yang menyebabkan dia bertingkah laku seperti itu. Kecemasan ini sering disebut free-floating, karena tidak jelas faktor yang menyebabkannya.

Banyaknya tekanan yang menuntut dalam setiap kehidupan manusia, tidak dapat dipungkiri dapat menyebabkan terjadinya stress.  Namun, tidak hanya tekanan saja yang dapat menyebabkan stress. Penyebab stress pun berbagai macam diantaranya berasal dari lingkungan karya, lingkungan sosial, atau pun perkembangan zaman. Dan stress juga bisa bersumber dari tekanan, konflik, frustasi, dan krisis. Kemudian hasil dari stress tersbut dapat menimbulkan kecemasan-kecemasan yang dapat menganggu kesehatan mental seseorang.


Dari uraian di atas, jika kita menyoroti pendidiikan era 90-an maka hasilnya atau outputnya akan jelas berbeda. Pendidikan belasan tahun yang lalu ini bisa dibilang cukup ketat, bahkan kebanyakan guru menerapkan metode punishment atau hukuman jika para siswa tidak disiplin dalam belajar. Hal ini membuat para siswa mau-tidakmau harus belajar dengan giat.

Hal ini dikemukakan langsung oleh Nontje Kalangi, satu diantara PNS Senior yang ada di lingkungan Pemkab Minahasa Selatan (Minsel). "Dulu karakter kedisiplinan ditanamkan sejak dini. Kami tidak boleh terlambat sekolah. Tak hanya kedisiplinan, budi pekerti juga terus diingatkan sehingga kami tau apa itu sopan santun dan sangat menghormati guru," katanya kepada Tribun Manado, Rabu (10/8).

Masih jelas diingatannya ketika tak mampu menjawab soal dan terpaksa harus menerima hukuman. "Jika tak menjawab satu soal maka tangan kami akan dipukul sebanyak 10 kali. Orangtua tidak mengeluh dan mempercayakan sepenuhnya ke pihak sekolah. Hal ini membuat kami harus belajar dengan giat dan tidak malas-malasan. Lamanya pelajaran selama enam jam sudah termasuk istirahat," jelasnya.

Namun dia mengaku ajaran yang diberikan oleh para guru sangat berguna hingga saat ini. Menurutnya karakater yang terbentuk sangatlah kuat sehingga menjadi modal baginya ketika mendapat pekerjaan. "Dengan ajaran seperti itu siswa justru termotivasi untuk belajar. Kebanyakan angkatan kami juga menjadi 'orang' dan bisa meraih kesuksesan masing-masing," ujar wanita yang berprofesi sebagai Kabag Administrasi Sekretariat DPRD Minsel ini.

Sayangnya dia merasa miris dengan output yang dihasilkan pendidikan saat ini. Terutama dalam hal moral. "Anak-anak jaman sekarang sudah tidak menghormati guru kedisiplinan menurun. Karakter anak tidak terbentuk dengan baik. Harusnya pendidikan budi pekerti diprioritaskan. Tidak ada gunanya jika pintar namun moralnya bobrok," tambahnya.

Meski demikian wanita berumur 54 tahun ini sangat setuju dengan kebijakan Kementrian Pendidikan saat ini. "Mengenai kebijakan terbaru saya setuju. Karena kebanyakan orangtua keduanya sibuk bekerja sehingga terkadang ketika anak dirumah mereka belum pulang dan tidak bisa memaksimalkan pendidikan dirumah. Tapi jika jam pelajaran ditambah, maka ketika anak pulang, orangtua sudah dirumah," terangnya

Pada saat menempuh studi, generasi 90an setidaknya pernah merasakan perubahan kurikulum oleh Kemendikbud. Perubahan kurikulum pertama kali dilakukan tahun 1947 dan selanjutnya diadakan beberapa kali untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan zaman. Biasanya, kurikulum berubah karena perubahan sistem politik, sosial budaya, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi.

Salah satu perubahan sistem belajar yang patut diingat adalah perubahan sistem semester ke sistem caturwulan pada Kurikulum 1994. Tahun ajaran dibagi menjadi tigs sesi, yakni caturwulan I, II, dan III. Ada plus dan minus dari sistem pendidikan ini. Siswa diwajibkan untuk menempuh ujian sebanyak tiga kali setiap empat bulan. Asiknya, mereka tidak akan bosan sekolah karena ujian selalu diiringi dengan waktu libur. Namun, mereka juga harus membeli buku ajaran baru setiap empat bulan sekali.

Adapun masa perubahan kurikulum yang cukup menimbulkan kebingungan, baik untuk guru maupun murid. Pada tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ditetapkan untuk mengganti sistem caturwulan kembali ke sistem semester. Berselang dua tahun, kurikulum diubah lagi menjadi Kurikulum 2006 dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Akibatnya, siswa harus membeli buku baru. Guru pun juga harus menyiapkan sistem mengajar baru sesuai kurikulum.



Untuk selanjutnya akan kita bahas pada blog selanjutnya…







Thursday, October 18, 2018

Filsafat Pendidikan Episode 3


HAL PENTING DALAM KEMERDEKAAN YAITU MANUSIA DAPAT MENGATUR DIRI SENDIRI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merdeka berarti bebas dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya. Kemerdekaan adalah hasil dari pengupayaan. Sebagaimana para pahlawan merebut kebebasan negeri ini dari para penjajah. Sebagaimana perjuangan sejati yang pantang mundur, karena merdeka adalah harga mati. Mereka menuangkan tujuan dalam rencana yang penuh kemantapan untuk merebut kebebasan dari penjajah. Kemudian dieksekusi dengan penuh keberanian dan ketangguhan. Bahkan harta, keluarga, dan nyawanya menjadi pertaruhan yang pantas untuk di korbankan. Para pahlawan tak sedikit pun gentar. Hingga proklamasi kemerdekaan berkumandang pada 17 Agustus 1945.
Jadi, kenapa tidak untuk kita mencontoh semangat juang para pahlawan dalam mencapai impian yaitu untuk merdeka di tanah dan di air sendiri. Mungkin mimpi itu kita anggap terlalu tinggi. Tapi paling tidak, mimpi itu akan tetap jadi angan-angan di siang bolong, apabila kita tak mau berusaha untuk mencapainya. Meski dengan usaha kecil-kecil dan perkembangan yang perlahan-lahan, tapi setidaknya kita bergerak maju. Bukan mundur atau stagnan di zona nyaman dan tak bergerak kemana-mana.
Melanjutkan pembahasan kita pada minggu lalu, bahwa kemerdekaan itu terdiri atas 3 hal : 1. Berdiri sendiri; 2. Tidak tergantung orang lain; 3. Dapat mengatur diri sendiri. Dari 3 hal tersebut, kali ini kita akan membahas poin ke-3 yaitu dapat mengatur diri sendiri.
Pak Aniq mengatakan bahwa, manusia adalah titah Tuhan yang terdiri atas : 1. Jasad; 2. Jisim; 3. Badan; 4. Ruh. Kesadaran mengenali diri sendiri adalah untuk mengawalli mengenal siapa Tuhannya.
     1.      Jasad memiliki 3 arti. Jasad adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Jasad memiliki arti dalam bidang ilmu kimia. Jasad memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga jasad dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
     2.      Jisim adalah rangkaian tubuh bathin atau software bagi jasad , jisim senantiasa memberi sinyal gerak kepada jasad ( hard ware ) , getaran jisim tidak pernah putus menggetarkan jasad sehingga menjadikan gerakan jasad beraturan. Jisim bekerja memberi – mengirim sinyal kepada jasad melalui pusat syaraf pada otak ( syaraf motoric ) yang selanjutnya sinyal itu dibaca oleh otak kemudian diproses untuk distribusikan keseluruh tubuh sehingga dengan sinyal itu tubuh atau jasad manusia itu dapat bergerak beraturan sesuai dengan perintah yang terdapat dalam sinyal yang dikirim oleh Jisim.
     3.      Badan (jasad manusia keseluruhan) merupakan keseluruhan struktur fisik organisme manusia. Tubuh manusia terdiri atas kepala, leher, batang badan, 2 lengan dan 2 kaki. Ketinggian rata-rata tubuh manusia dewasa sekitar 1,6 m (5-6 kaki). Ukuran tubuh manusia biasanya ditentukan oleh gen. Jenis dan komposisi tubuh dipengaruhi oleh faktor pascakelahiran seperti diet dan olahraga. Pada saat manusia mencapai kedewasaan, tubuh terdiri dari hampir 100.000.000.000 sel. Masing-masing merupakan bagian sistem organ yang dirancang untuk melakukan fungsi kehidupan yang esensial.
     4.      Ruh adalah tenaga aktif allah yang meliputi alam semesta,langit dan bumi. Roh Allah BUKAN  berarti Allah itu berupa roh murni.Roh Allah adalah berarti tenaga aktif Allah yang meliputi alam semesta,langit dan bumi.seperti aliran listrik yang menyalakan dan menggerak kan sesuatu.contohnya peran roh(tenaga aktif Allah dalam penciptaan nabi Adam as.
Manusia dibentuk melalui ruang, bukan melalui waktu. Tetapi, ruang dan waktu menjadi satu. Sebago contohnya: saat ada orang yang pulang menunaikan ibadah haji, dia pasti bisa bercerita banyak pengelaman yang dia alamani selama menunaikan ibadah haji di Mekkah. Nah, dari cerita-cerita tersebut dibentuk dari ruang sehingga bisa menghasilkan cerita-ceritadari pengalamannya.
Dalam mengenali diri sendiri = Dzatnya Allah. Gerakan Tuhan berada di dalam gerakan manusia.
Dzat -> memunculkan ->sifat (esensi)-> asma (realitas) -> af’al (tindakan)
Contohnya :
Sifat sayang -> asma penyayang -> af’al menyayangi
Di era yang sekarang ini, masyarakat masih pasif dalam hal kecil yang menyangkut kesejahteraan bersama, suatu misal penyalahgunaan fasilitas umum yang tidak sesuai fungsinya. Kurang peduli terhadap fasilitas umum, kurang peduli keselamatan umum, banyak yang saling mengoreksi orang lain dan pemerintah tanpa melakukan sesuatu yang bermanfaat walaupun kecil yang berguna bagi orang lain. Banyak yang mengumbar bahkan dengan sengaja membuat kegaduhan supaya terlihat suasana yang kurang kondusif entah dimedia sosial maupun dilingkungan sekitar.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam menggerakkan pola pikir positif yang dapat mengarah kearah yang lebih baik yang menghasilkan kesejahteraan bersama. Berawal dari diri sendiri untuk selalu berfikir positif, bertindak kreatif, kesadaran tentang hukum dan keselamatan diri sendiri, kepedulian tentang hal – hal kecil yang dalam keseharian kita, kepedulian di lingkup lingkungan kita, kepedulian terhadap hak orang lain. Dengan kesadaran tiap individu tersebut akan mewujudkan kemerdekaan untuk kita sendiri yang bisa mewujudkan kesejahteraan bersama.
Selain kepedulian, rasa tenggang rasa dan tepo seliro saling menghormati sesama akan menciptakan suasana yang harmonis antar umat manusia. Beberapa tahun terakhir berita nasional dihebohkan dengan banyaknya isu SARA yang bertolak belakang dengan budaya negeri kita sendiri, saling serang saling mengejek bahkan menghina padahal kita sama–sama umat manusia ciptaan Tuhan dan manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Tuhan menciptakan akal untuk berfikir, untuk itu mari gunakan akal pikiran kita untuk berfikir jernih, saling memaafkan saling rendah diri menghilangkan ego dan rasa paling benar, mementingkan kerukunan, mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan pasti tercipta suasana keindahan toleransi.
Masih ingatkah kita pelajara SD tentang kerukunan umat beragama? Pastinya kita masih ingat bagaimana cara mewujudkan hal tersebut. Masih ingat tentang musyawarah mufakat? Tentunya dengan cara tersebut semua masalah dapat terselesaikan. Masih ingat Pancasila, UUD 1945, pelajaran keagamaan? Pelajaran yang kita dapat saat menginjak sekolah dasar sampai sekolah tinggi sudah membangun pribadi kita sejak usia dini untuk selalu berbuat baik, bertindak positif, berfikir jernih dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan kita sendiri yang dapat mewujudkan kemerdekaan bersama bila setiap individu dapat menerapkan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari–hari.
Peran pemerintah tingkat pusat, daerah bahkan tingkat desa dan kelurahan sangat dibutuhkan dalam mengakomodir masyarakat untuk selalu menanamkan rasa cinta tanah air dihati masyarakat. Pemerintah dituntut untuk lebih mencintai tanah airnya yang dapat merangsang kesadaran masyarakat untuk turut menumbuhkan rasa cintai tanah air.
Penjajahan merupakan fakta historis yang dialami oleh hampir semua negara-negara dunia ketiga, tidak terkecuali Indonesia. Selama 3,5 abad, para penduduk di tanah nusantara hidup dengan menjadi alat untuk memenuhi keinginan bangsa-bangsa lain, sebut saja Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang. Mereka tidak memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, untuk menanam tanaman apapun yang mereka inginkan, untuk bepergian dan berpindah tempat tinggal, untuk mengenyam pendidikan dan mengaktualisasikan dirinya, untuk menikmati hasil kerja keras yang telah dilakukan, untuk memanfaatkan hasil bumi yang alam telah berikan, dan yang terpenting, untuk menikmati kesetaraan dan martabat sebagai manusia yang merdeka.
Kerja paksa, perampasan, dan penyiksaan sewenang-wenang merupakan kehidupan sehari-hari penduduk nusantara dibawah kekuasaan kolonial bangsa asing. Sebut saja kebijakan tanam paksa yang diberlakukan gubernur jendral van den Bosch untuk memakmurkan kerajaan Belanda pada abad ke-19, hingga program kerja paksa romusha  oleh pemerintah Jepang dalam rangka membantu negara matahari terbit tersebut dalam Perang Dunia II melawa Amerika Serikat.
Pada akhirnya, tibalah suatu hari yang sangat sakral bagi rakyat Indonesia. 17 Agustus 1945, merupakan tanggal terpenting dalam catatan sejarah bangsa ini. Untuk pertama kalinya, Nusantara dipersatukan dalam deklarasi proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Soekarno. Rumah Laksamada Meida menjadi saksi bisu, bahwa penjajahan terhadap bangsa Indonesia selama lebih dari 350 tahun oleh kolonial asing merupakan sesuatu yang layak dimuseumkan. Untuk pertama kalinya, bangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk menentukan nasib bagi dirinya sendiri.
Kemerdekaan Indonesia tersebut bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Ia diperjuangkan dengan penuh pengorbanan dan darah oleh para pahlawan nasional kita. Kemerdekaan kita diusahakan, melalui berbagai perundingan-perundingan sengit yang dilakukan oleh para diplomat terbaik bangsa. Sekarang, terbukti bahwa darah dan keringat para pejuang kemerdekaan  tidak tumpah sia-sia.
Kini, hampir setiap tahun, kita merayakan kemerdekaan pada tanggal sakral tersebut. Bendera merah putih dikibarkan, lagu kebangsaan digaungkan, dan pekikan “merdeka!” diteriakkan dimana-mana, baik di sekolah-sekolah, gedung-gedung perkantoran dan pemerintahan, berbagai tempat wisata, hingga rumah-rumah penduduk.
Indonesia yang merdeka dimaknai bukan dengan memberikan kemerdekaan sejati yang dapat dinikmati oleh seluruh penduduk yang hidup didalamnya, namun hanya sebagai legitimasi kekuasaan negara yang tidak terbatas atas warganya sendiri. Individu tetap tidak diakui sebagai pribadi yang otonom, yang memiliki hak untuk menentukan hidupnya masing-masing, namun hanya sebagai alat untuk memenuhi pihak yang berkuasa.
Kemerdekaan negara dengan menegasikan kemerdekaan individu hanyalah ilusi. Perpindahan kekuasaan dari kolonial bangsa asing menuju tirani pemimpin lokal merupakan 2 opsi yang sama buruknya, karena hak tersebut sama saja dengan pindah dari dikurung oleh seseorang yang tidak dikenal, menjadi dikurung oleh kerabat kita sendiri.
Manfaat Kemerdekaan Bagi Sebuah Negara
Dipimpin oleh sebuah pemimpin negara yang berjarak ribuan km dapat menimbulkan masalah berarti bagi mereka yang menciptakan lahan baru dengan kerja keras dan pengorbanan. Ketika mereka membangun tanah dan menciptakan tanaman yang menggiurkan, mereka mungkin menjadi pahit ketika kapal-kapal tiba untuk mengangkut sebagian besar keuntungan mereka untuk kepentingan tanah air yang jauh. Peraturan yang dikeluarkan dari badan pemerintahan mungkin tidak berlaku bagi para pionir di tanah baru karena ditopang untuk pertumbuhan. Jika kedua pihak tidak dapat mengambil keputusan yang menguntungkan, revolusi sering menjadi hasilnya.
Ketika suatu Negara Menjadi Independen
Ketika warga suatu negara datang bersama-sama dan meminta dan diberikan deklarasi kemerdekaan, kegembiraan dapat teraba di antara orang-orang. Pertanyaannya adalah, apa yang terjadi selanjutnya? Meskipun mungkin tampak keinginan langsung bagi warga, itu bisa menjadi pencarian yang rumit karena ada banyak yang masuk ke dalam membentuk negara yang merdeka. Rakyat memiliki hak untuk menentukan nasib dan status politik mereka sendiri, menurut hukum internasional.
Namun, hal ini tidak selalu menjadi prestasi yang mudah di antara populasi untuk dicapai tanpa adanya hambatan baik dari dalam sistem politik negara atau dari badan-badan internasional yang memiliki hubungan timbal balik dengan negara. Piagam PBB menyatakan bahwa adalah hak rakyat untuk memiliki penentuan nasib sendiri dalam memilih bagaimana mereka harus diatur. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik lebih lanjut memperjelas poin ini di halaman-halamannya. Ketika suatu negara mencari untuk menjadi independen, ia harus mentransfer kedaulatannya dari satu otoritas ke otoritas lainnya, yang dapat memiliki konsekuensi negatif dalam batas-batas yang dipilihnya serta di panggung internasional.

Manfaat Sebuah Kemerdekaan Bagi Rakyat
  • Percaya diri. Ini sangat memberdayakan untuk memiliki sarana fisik, emosional, mental, dan spiritual untuk menjaga diri Anda sendiri. Ini memungkinkan Anda untuk menghadapi tantangan yang seharusnya Anda lewati.
  • Keuangan. Memiliki beberapa keterampilan memperbaikinya dan pemeliharaannya membebaskan dan hemat biaya. Mengenali tanda-tanda masalah, entah itu pada sepeda motor Anda atau keran bocor, memungkinkan Anda untuk mengambil tindakan sebelum terjadi kerusakan permanen. Memanggil pedagang atau mekanik setiap kali Anda perlu memperbaiki sesuatu menghabiskan waktu dan uang.
  • Kebebasan. Ketika Anda merasa mandiri, Anda merasa seperti Anda dapat melakukan apa saja. Dan kamu bisa! Tetapi kebebasan selalu perlu dilaksanakan dengan bijaksana.
  • Fleksibilitas. Kemandirian memberi Anda pilihan yang lebih besar dalam memilih alternatif. Jika jalan ditutup untuk konstruksi, Anda bisa pergi jauh. Tetapi jika Anda tidak memiliki cukup gas, Anda berada dalam masalah.



Thursday, October 4, 2018

Filsafat Pendidikan Episode 2


MENGUPAS TENTANG TOKOH PENDIDIKAN : KI HAJAR DEWANTARA




Banyak tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran pendidikan, diantaranya ada Ki Ajar Dewantara (orang jawa biasa menyebutnya “Ki Hajar Dewantara”). Beliau memiliki nama lain yaitu Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. 
Di indonesia ini, untuk pendidikan masih tergolong ke dalam negara yan berkembang dibandingkan dengan negara Filandia.
Negara Filandia
Negara Indonesia
-          Banyak pofesor yang terjun di TK atau SD untuk menjadi kepala sekolah. Mereka tidak memiliki rasa gengsi dengan gelar profesor yang dimiliki saat harus mengabdi menjadi kepala sekolah di institusi pendidikan TK atau SD.
-          Cara berpikir negara ini menganut pola pikir filsafat Ki Hajar Dewantara.
-          Profesor di Indonesia banyak yang mengedepankan gengsi saat mereka harus mengajar dalam institusi TK atau SD.
            Dari uraian tabel di atas, maka Sebago bangsa Indonesia kita harus bangga karena kita memiliki anak bangsa seperti Ki Hajar Dewantara yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Sehingga menjadikan negara lain terinspirasi untuk memajukan pendidikannya.  
Kita sebagai bangsa yang baik harus bisa menjaga dan mengingat hal-hal baik yang telah diwarisi oleh para leluhur untuk kemajuan negara ini. Hal ini sangat cocok dengan film yang berjudul “Remember Me”. Dalam film tersebut, hikmah yang bisa di petik bahwa kapanpun, dan dimanapun kita harus selalu ingat dengan leluhur.
Pendidikan Nasional  pendidikan nasional lahir dari rasa kemerdekaan. Kemedekaan memiliki makna memahami keterbatasan. Ibarat pemain bola yang bebas bermain, namun harus memahami batas-batas.
Dalam pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara menuliskan bahwa “manusia merdeka yaitu lahir dan batinnya tidak menggantungkan orang lain.
Kemerdekaan ada 3 hal :
      1. Berdiri  sendiri.
Maksudnya adalah bahwa individu tidak diperintah atau dijajah negara lain atau dengan kata lain merdeka.
2. Tidak tergantung orang lain.
Maksudnya adalah individu tersebut harus bisa mandiri.
      3. Dapat mengatur diri sendiri.
Maksudnya adalah bahwa setiap individu dapa mengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan.

Setiap 2 Mei kita pasti akan teringat pada kiprah seorang Ki Hajar Dewantara. Dialah tokoh dan pelopor pendidikan pada masa pergerakan Indonesia melawan penjajah Belanda.
Kiprah dan aktivitas Ki Hajar Dewantara dalam mendirikan dan mengembangkan sekolah Taman Siswa mulai 1922. Kemudian menjadi titik pijak peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas setiap 2 Mei.
Dia juga terkenal dengan semboyan Tut Wuri Handayani yang teks aslinya berbunyi ”Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Arti dari semboyan ini adalah tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Kemudian ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide). Ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Dia ber­asal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Semenjak saat itu, dia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya dia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Dia menamatkan sekolah dasar di ELS (sekolah dasar Belanda). Kemudian sempat melanjutkan ke STOVIA (sekolah dokter Bumiputera), tetapi tidak sampai tamat karena sakit.
Dia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, dia tergolong penulis andal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Aktif berorganisasi
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, dia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada 1908, dia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu. Terutama mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, dia mendirikan Indische Partij. Partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia itu berdiri pada 25 Desember 1912 dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Akan tetapi, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini. Gubernur menolak pendaftaran itu pada 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan mengge­rakkan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan Hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, dia meninggal dunia pada 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Perjuangan dan langkah Ki Hajar Dewantara harus menjadi inspirasi bagi kaum muda saat ini. Ki Hajar Dewantara memberikan garis besar pendidikan nasional baik secara praktik maupun konsepsi. Namun demikian, tidak banyak yang tahu secara jelas jasa-jasa, dan hal-hal yang telah diperjuangkan oleh pemilik nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini hingga akhirnya ia ditetapkan sebagai tokoh pendidikan nasional.
Berikut ini beberapa hal yang mungkin tidak banyak diketahui orang tentang Ki Hajar Dewantara yang lahir pada 2 Mei 1889 dalam memperjuangkan pendidikan untuk kaum pribumi, dikutip dari berbagai sumber.
1. Menentang Penertiban Sekolah Liar
Seperti dalam terminologi sejarah yang ditulis AB Lapian, Ki Hajar Dewantara telah berjuang menentang ordonansi (pengaturan) sekolah liar serta diberlakukannya sistem pajak rumah tangga Taman Siswa sejak tahun 1932. Ia menentang diskriminasi tunjangan anak di sekolah pemerintahan dan sekolah swasta.
Saat era pendidikan Belanda, tidak semua warga Indonesia bisa bersekolah. Hanya mereka yang keturunan priyayi alias bangsawan yang bisa mengenyam pendidikan. Gelisah akan kondisi pendidikan Hindia Belanda yang diskriminatif, ia akhirnya mendirikan Taman Siswa. Tujuannya untuk memperluas akses pendidikan bagi semua kalangan.
3. Dibuang ke Belanda
           Akibat aksi-aksi serta pemikirannya yang revolusioner terhadap pemerintahan kolonial, ia menjadi sorotan pemerintah Hindia Belanda saat itu. Akhirnya, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan keputusan pada 18 Agustus 1913 untuk mengasingkan Ki Hajar Dewantara ke Belanda. Ia menjalani masa pembuangan selama enam tahun, hingga pada 6 September 1919 kembali ke Indonesia.
4. Keluar Masuk Penjara
           Pembuangan selama enam tahun ternyata tidak membuat Ki Hajar Dewantara takut. Ia justru kian semangat mengobarkan semangat-semangat revolusioner lewat pendidikan. Dalam salah satu tulisannya, ia dianggap menghina dan melecehkan Ratu Belanda. Akhirnya pada tahun 1920, ia mulai rajin keluar masuk penjara. Ia sempat dibui di Pekalongan, setelah sebelumnya di Mlaten, Semarang.
Mendirikan Taman Siswa
             Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia. Ia bergabung dan menjadi guru dalam sekolah binaan saudaranya. Di sini ia mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang akan dia dirikan. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara berhasil mendirikan sebuah sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa. Perguruan ini menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada bangsa Indonesia. Hal ini agar mereka mencintai bangsa dan tanah air, serta berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Pemerintah Belanda sempat akan menutup sekolah ini pada 1 Oktober 1932. Namun karena kegigihan Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan haknya, sehingga rencana tersebut gagal.